Mencari Data di Blog Ini :

Friday, October 30, 2009

Kita Yang Menjaga Diri Sendiri dari Setan? (5 of 5)

b. Setan dari Golongan Jin


Setan jenis ini adalah setan yang tak tampak mata. Dijelaskan oleh para ulama bahwa di dunia ini kita tidak dapat melihat bangsa jin, sedangkan mereka bisa melihat kita. Kondisi ini akan berubah di akhirat kelak—kita tak tampak oleh mereka, sedangkan mereka tampak oleh penglihatan kita.


Kompetensi atau tingkat pendidikan setan yang menggoda setiap manusia disesuaikan dengan orang yang akan digoda, minimal setara. Bukankah usia setan memang sangat panjang? Bisa ribuan tahun. Coba kita bandingkan dengan diri kita.


Tentunya mereka sudah sedemikian lama belajar dan berlatih untuk menggoda anak cucu Nabi Adam as. Teknik menggelincirkan manusia, sejak manusia pertama sampai manusia modern mungkin telah mereka pelajari dengan baik. Bahkan, bisa jadi mereka telah mengembangkan semacam komputerisasi sehingga tercipta sejenis program 5 GL (Fifth Generation Language) yang bisa di-install di tubuh manusia. Dengan demikian, tugas mereka jadi lebih ringan. Wallâhu a‘lam. Itulah curriculum vitae atau profil musuh kita—musuh yang nyata—namun tak kasat mata.


إِنَّ الشَّيْطٰـنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا. إِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَـهُ ُ لِيَكُوْنـُوْا مِنْ أَصْحاَبِ السَّعِيْرِ

Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS Fâthir [35] : 6)


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan mungkar. (QS an-Nûr [24] : 21)


Ibarat pengintai, setan adalah pengintai nomor satu. Ia dapat mengikuti kita ke mana pun kita pergi. Ia bisa berada di samping kita untuk memata-matai kita setiap saat. Karena ia tidak terlihat, maka ia bisa dengan leluasa mempelajari kelebihan dan kekurangan kita. Dengan santainya, seolah sedang menonton tayangan reality show kehidupan kita, setan bisa menyusun strategi untuk menggoda kita tanpa takut ketahuan atau bocor, seperti bocornya soal-soal ujian para pelajar sekolah. Kalau dia ingin menyerang kita, dengan bebasnya dia memilih dari arah mana dia akan menyerang. Setan juga bisa mengalir seperti aliran darah, sebagaimana sabda Nabi saw. :


إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنَ اْلِإنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ

Sesungguhnya setan (dapat) mengalir di dalam diri manusia sebagaimana darah mengalir (HR Bukhari dan Muslim)


Kalau kita sudah mengerti keadaanya seperti itu, apakah kita masih menyangka bahwa kita bisa melindungi diri sendiri dari setan? Karena musuh kita tidak tampak, maka kita harus berlindung dan memohon pertolongan kepada Yang bisa melihat dan mengetahui rahasia semua kelemahan musuh kita. Beliau adalah Allah Yang Maha Memelihara dan Menjaga (Al-Hafîzh). Allah yang bersifat Hafîzh-lah yang memelihara kehidupan dari kehancuran, baik yang sifatnya perorangan maupun kelompok. Beliau (Allah) juga yang memelihara jiwa manusia dari rayuan dan godaan setan, dari sentakan kesedihan atau benturan malapetaka; dengan mengilhami kesabaran serta ketabahan, dan menggantinya dengan nikmat, ketenangan, juga kegembiraan.


Allah memelihara manusia dengan petunjuk-petunjuk-Nya, baik berupa wahyu yang termaktub dalam kitab suci, maupun hidayah-Nya dalam bentuk ilham dan intuisi. Walhasil, beraneka ragamlah pemeliharaan Allah, juga mencakup segala wujud. Sebagai hamba, kita dituntut untuk meneladani sifat ini menurut pemeliharaan diri dari segala yang dapat membinasakannya; khususnya memelihara hati dari segala keburukan penyakit-penyakitnya, seperti dengki, hasud, riya’, kemunafikan dan sebagainya. Serta dituntut pula penciptaan pengawasan melekat pada diri kita, yang lahir dari kesadaran tentang kehadiran Allah dan kehadiran para malaikat-Nya (Raqib dan ‘Atid) bersama kita setiap saat.


Dzun Nun Al-Mishri berkata, “Setan memang dapat melihat manusia dari arah yang manusia tidak dapat melihatnya. Sedangkan Allah dapat melihat makhluk-Nya, dari arah yang mereka tidak dapat melihat Allah. Hendaklah kalian selalu berlindung kepada Allah dari gangguan setan. Ketahuilah bahwa Allah itu bersifat Pemurah. Apabila manusia sudah tergoda oleh tipu daya setan, Allah tetap menerima taubat dan istighfar hamba-hamba-Nya.”


Ibnu Athaillah mengingatkan, “Jikalau kamu sudah tahu bahwa setan itu tidak pernah lupa kepadamu, maka janganlah kamu lupa kepada Allah, yang nasibmu ada di dalam kekuasaan-Nya.”


Dengan beriman, berlindung dan memohon pertolongan pada Allah, maka kita bisa mengusir setan. Dengan demikian, selamatlah kita dari godaannya yang tak kenal henti ia lakukan.


إِنَّهُ ُ لَيْسَ لَهُ ُ سُلْطـٰنٌ عَلَى ٱلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَعَلىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ

Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (QS an-Nahl [16] : 99)


إِنَّمَا سُلْـٰطـنُهُ ُ عَلَى ٱلَّذِيْنَ يَتَوَلَّوْ نَهُ ُ وَٱلَّذِيْنَ هُمْ بِه ٰ مُشْرِكُوْنَ

Sesungguhnya kekuasannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya sebagai pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (QS an-Nahl [16] : 100)


Diriwayatkan oleh Aisyah ra. bahwa Nabi saw. bersabda :


إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِيْ أَحَدَكُمْ فَيَقُوْلُ : مَنْ خَلَقَكَ؟ فَيَقُوْلُ : اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَيَقُوْلُ : مَنْ خَلَقَ اللهَ ؟ فَإِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ ذَلِكَ فَلْيَقُلْ : أَمَنْتُ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ فَإِنَّ ذَلِكَ يُذْهِبُ عَنْهُ

Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang di antara kamu, lalu bertanya, “Siapa yang menciptakanmu?” Ia menjawab, “Allah Yang Maha Tinggi.”’ Setan bertanya lagi, “Siapakah yang menciptakan Allah?” Apabila salah seorang di antara kalian menghadapi hal itu, maka katakanlah, “Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Sesungguhnya perkataan itu dapat mengusirnya. (HR Ahmad, al-Bazzar, Abu Ya‘la, Bukhari dan Muslim)


Muhammad bin Wasi‘ membaca doa setiap hari selepas menunaikan shalat Subuh,


“Ya Allah, Engkau jadikan bagi kami musuh yang sangat mengetahui kekurangan-kekurangan kami. Dia dan pasukannya dapat melihat kami, sedangkan kami tidak melihat mereka.


Ya Allah, buatlah dia pesimis dari kami sebagaimana Engkau telah membuatnya pesimis dari rahmat-Mu. Buatlah dia berputus asa dari kami sebagaimana Engkau telah membuatnya putus asa dari ampunan-Mu.


Ya Allah, jauhkanlah antara kami dan dia sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara dia dan rahmat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”


Ibnu Hazm bertanya, “Siapakah setan itu? Mengapa ia ditakuti? Demi Allah, setan itu memang sudah pernah diikuti, akan tetapi mengikutinya sama sekali tidak berguna. Setan juga tidak mampu memberi apa pun.” Sementara itu, Abu Sulaiman ad-Darani berkata, “Tidak ada makhluk yang lebih rendah dari setan.”


Agar selalu dalam penjagaan-Nya, marilah kita bersama-sama bermunajat kepada Allah :


اللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَاِليْ وَمِنْ فَوْقِيْ وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

Ya Allah, peliharalah hamba di hadapan dan belakang hamba, di kanan dan kiri hamba, demikan pula dari arah atas hamba. Hamba berlindung dengan keagungan-Mu, sehingga hamba tidak diperdaya dari arah bawah hamba, amin.


Daftar Pustaka :

  • Abul Qasim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi an-Naisaburi, asy-Syaikh, “Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf (Ar-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi at-Tashawwuf)”, Pustaka Amani, Cetakan I : September 1998/Jumadil Ula 1419
  • Djamal’uddin Ahmad Al Buny, “Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam (karya Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah)”, Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan ketiga : 2000
  • Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits
  • M. Quraish Shihab, Dr, “‘Menyingkap’ Tabir Ilahi – Al-Asmâ’ al-Husnâ dalam Perspektif Al-Qur’an”, Penerbit Lentera Hati, Cetakan VIII : Jumadil Awal 1427 H/September 2006

Tulisan ini lanjutan dari : Kita Yang Menjaga Diri Sendiri dari Setan? (4 of 5)
#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

0 comments:

Post a Comment