Mencari Data di Blog Ini :

Friday, April 2, 2010

Meragukan Al-Qur’an? Na‘ûdzubillâh (3 of 8)

M. Quraish Shihab, seorang pakar tafsir, menjelaskan dengan detail tentang Al-Qur’an. Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna”, merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca-tulis lima ribu tahun lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia.


Tiada bacaan semacam Al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan/atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan Al-Qur’an dihapal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.


Penulis pernah membaca sebuah buku yang mengisahkan kesedihan anak-anak sekolah non muslim yang disuruh menghapal ayat-ayat dari kitab suci mereka secara persis, sesuai teks yang tertulis. Karena stres, salah satu anak dibawa ke seorang terapis. Kemudian terapis ini menyarankan gurunya agar tidak menyuruh menghapal ayat dari kitab suci mereka secara tekstual. Yang penting adalah anak-anak itu mengerti maksudnya dan bisa mengimplementasikan. Secara tidak langsung, sebenarnya guru itu sangat mengagumi Al-Qur’an, yang begitu mudah dibaca dan dihapalkan oleh anak-anak usia sekolah.


Banyak sekali orang terheran-heran dengan kehebatan Al-Qur’an. Kalau kita membaca buku dalam bahasa Jepang dan benar cara membacanya, maka pastilah kita mengerti apa yang kita baca, dan kita pun bisa berbahasa Jepang. Namun, mukjizat Al-Qur’an membuat orang yang tidak mengerti arti ayat yang dibaca, juga tidak bisa berbahasa Arab, mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Subhânallâh.


Tiada bacaan melebihi Al-Qur’an dalam perhatian yang diperolehnya. Bukan saja sejarahnya secara umum, tapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim dan saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya.


Tiada bacaan seperti Al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat, bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkan. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semua mengandung kebenaran. Al-Qur’an ibarat sebuah permata yang memancarkan cahaya yang bermacam-macam sesuai dengan sudut pandang masing-masing.


Tiada bacaan serupa Al-Qur’an yang diatur tata cara membacanya, ada yang dipendekkan, dipanjangkan (ini pun ada beberapa jenis), dipertebal atau diperhalus ucapannya, di mana tempat yang terlarang atau boleh berhenti, di mana tempat harus memulai dan harus berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya.


Tiada bacaan sebanyak kosa kata Al-Qur’an yang berjumlah 77.439 kata, dengan jumlah huruf sebanyak 323.015. Jumlah kata-katanya pun seimbang, baik kata dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya. Abdurrazaq Naufal, dalam “Al-I‘jaz Al-Adabiy li Al-Qur’an al-Karim” yang terdiri dari tiga jilid, mengemukakan sekian banyak contoh tentang tentang keseimbangan tersebut. Secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya
    · Al-hayâh (hidup) dan al-mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali.
    · An-Naf‘u (manfaat) dan al-madharrah (mudharat), masing-masing sebanyak 50 kali.
    · Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing 4 kali.
    · Ash-shâlihât (kebajikan) dan as-sayyiât (keburukan), masing-masing 167 kali.
    · Ath-thuma’ninah (kelapangan/ketenangan) dan adh-dhiq (kesempitan/kekesalan), masing-masing 13 kali.
    · Ar-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing-masing 8 kali.
    · Al-kufr (kekufuran) dan al-îmân (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali.
    · Ash-shayf (musim panas) dan asy-syitâ’ (musim dingin), masing-masing 1 kali.

  2. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonimnya (makna yang dikandungnya)
    · Al-harts dan az-zirâ‘ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali.
    · Al-‘ushb dan adh-dhurûr (membanggakan diri/angkuh), masing-masing 27 kali.
    · Adh-dhâllûn dan al-mawta (orang sesat/mati [jiwanya]), masing-masing 17 kali.
    · Al-Qur’an, al-wahyu, al-Islam masing-masing 70 kali.
    · Al-‘aql dan an-nûr (akal dan cahaya), masing-masing 49 kali.
    · Aj-jahr dan al-‘alâniyah (nyata), masing-masing 16 kali.

  3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya
    · Al-infâq (infak) dengan ar-ridhâ (kerelaan), masing-masing 73 kali.
    · Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali.
    · Al-kâfirûn (orang-orang kafir) dan an-nâr/al-ahraq (neraka/pembakaran), masing-masing 154 kali.
    · Az-zakâh (zakat/penyucian) dan al-barakah (kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali.
    · Al-fahîsyah (kekejian) dan al-ghadhab (murka), masing-masing 26 kali.

  4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya
    · Al-isrâf (pemborosan) dengan as-sur‘ah (ketergesa-gesaan), masing-masing 23 kali.
    · Al-maw‘izah (nasihat/petuah) dengan al-lisân (lidah), masing-masing 25 kali.
    · Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing 6 kali.
    · As-salâm (kedamaian) dengan ath-thayyibât (kebajikan), masing-masing 60 kali.

  5. Keseimbangan khusus
    · Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk prural (ayyâm) atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti “bulan” (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

    · Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada 7. Penjelasan ini diulangi sebanyak 7 kali pula, yaitu dalam ayat-ayat al-Baqarah [2]: 29, al-Isrâ’ [17]: 44, al-Mu’minûn [23]: 86, Fushshilat [41]: 12, ath-Thalâq [65]: 12, al-Mulk [67]: 3 dan Nûh [71]: 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam 7 ayat.

    · Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasûl (rasul) atau nabiyy (nabi), atau basyîr (pembawa berita gembira), atau nadzîr (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali. Subhânallâh.


Daftar Pustaka:

  • M. Quraish Shihab, Dr, “‘Membumikan’ Al-Qur’an”, Penerbit Mizan, Cetakan XXX : Dzulhijjah 1427H/Januari 2007
  • M. Quraish Shihab, Dr, “Wawasan Al-Qur’an – Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat”, Penerbit Mizan, Cetakan XIX : Muharram 1428H/ Februari 2007

Tulisan ini lanjutan dari : Meragukan Al-Qur’an? Na‘ûdzubillâh (2 of 8)
Tulisan ini berlanjut ke : Meragukan Al-Qur’an? Na‘ûdzubillâh (4 of 8)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

0 comments:

Post a Comment