Mencari Data di Blog Ini :

Friday, September 17, 2010

Membaca Doa Tapi Tidak Berdoa (12 of 12)

Lalu, mengapa di dalam doa kita menggunakan fi‘il amr? Apakah ada doa yang tidak menggunakan fi‘il amr?


Perlu kita ingat lagi bahwa hidup ini antara kita dengan Allah. Karena Allah memberi contoh seperti itu, maka kita pun menggunakannya. Itu berarti bahwa kita mematuhi perintah Allah, bukan sebaliknya—kita memerintah Allah. Tidak semua doa menggunakan fi‘il amr. Berikut ini contoh-contohnya:


رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِـيْنَآ أَوْ أَخْطَأْنَا

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah (QS al-Baqarah [2]: 286)


رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنْفُسَـنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَاسِرِيْنَ

Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi (QS al-A‘râf [7]: 23)


اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فىِ الدِّيْنِ

Ya Allah, kami bermohon kepada-Mu keselamatan dalam (urusan) agama


اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

Ya Allah, hamba berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan neraka


أََسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ

Hamba memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung


رَحِمَهُ اللهُ

Semoga Allah mengasihinya


رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

Semoga Allah meridhoinya


عَلَيْهِ السَّلاَمُ

Semoga salam tetap atas beliau


صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Semoga shalawat dan salam tetap atas beliau


Bahkan, doa yang paling utama adalah alhamdulillâh, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:


أَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ ِللهِ

Seutama-utama doa adalah alhamdulillâh. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Adapun contoh doa yang menggunakan alhamdulillâh diantaranya yaitu doa setelah makan, sesudah bangun tidur, keluar dari kamar kecil dan setiap kita berdoa pasti membaca hamdalah.


Memperbanyak doa bukan berarti kita tidak menggunakan karunia Allah berupa otak, justru Allah senang sekali kalau kita berdoa. Doa adalah ibadah. Doa adalah munajat dan dzikir kepada Allah.


Lantas, permohonan apa yang paling utama untuk dimintakan kepada Allah?


Ibnu Athaillah menerangkan, “Sebagus-bagusnya permohonan yang patut disampaikan kepada Allah adalah semua yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan.”


Jika ada yang patut diminta kepada Allah sebagai hamba, maka yang paling pantas ialah mengharap kepada Allah agar meneguhkan iman dan keyakinan dengan kemantapan hati yang sungguh-sungguh (istiqamah) kepada ajaran Islam dengan persembahan ibadah. Itulah yang paling bagus dan paling bergengsi bagi hamba yang memohon kepada Allah. Permohonan istiqamah dalam Islam itu sudah termasuk kepentingan dunia dan akhirat.


Sangat baik apabila seorang hamba memohon kepada Allah agar bisa senantiasa menaati-Nya, melaksanakan ibadah tanpa halangan, dan agar Allah memudahkan segala yang berkaitan dengan urusan Islam dan umat Islam. Demikian juga memohon kepada Allah agar terlepas dan tidak tergelincir pada perbuatan maksiat dan dosa, serta diberi kekuatan untuk melaksanakan semua ketaatan. Tak lupa memohon agar selalu dalam keadaan dzikir dan senantiasa berada dalam suasana tentram dalam mengingat Allah SWT.


Demi terkabulnya semua doa, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah:


رَبَّناَ تَقَبَّلْ دُعَـاءَنَا إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَـوَاتِ. وَصَلَّى اللهُ عَلىَ سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Ya Tuhan kami, terimalah doa kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Dekat, Maha Mengabulkan doa-doa (hamba-Mu). Semoga shalawat/rahmat dan kasih sayang tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan sahabat beliau, amin.


Daftar Pustaka :

  • Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”
  • A. Hanafi, MA, “Usul Fiqh”, Penerbit Widjaya Jakarta, Cetakan kesebelas, 1989
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Sentuhan Spiritual ‘Aidh al-Qarni (Al-Misk wal-‘Anbar fi Khuthabil-Mimbar)”, Penerbit Al Qalam, Cetakan Pertama : Jumadil Akhir 1427 H/Juli 2006
  • Djamal’uddin Ahmad Al Buny, “Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam (karya Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah)”, Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan ketiga : 2000
  • Muhammad bin Ibrahim Ibnu ‘Ibad, asy-Syaikh, “Syarah al-Hikam”
  • Muhammad bin Sholeh al-‘Utsaimin, asy-Syaikh, “Al-Ushûl min ‘Ilmil Ushûl”
  • Zeid Husein Alhamid, “Terjemah Al-Adzkar Annawawi (Intisari Ibadah dan Amal)”, Cetakan Pertama : Pebruari 1994/Sya‘ban 1414

Tulisan ini lanjutan dari : Membaca Doa Tapi Tidak Berdoa (11 of 12)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

0 comments:

Post a Comment