Mencari Data di Blog Ini :

Friday, October 15, 2010

Apakah Kita Termasuk Orang Yang Harus Bertaubat? (4 of 4)

Pengampunan Allah atas dosa-dosa hamba yang bertaubat dijelaskan juga dalam hadits. Hadits yang sangat terkenal yaitu taubatnya pembunuh 100 orang yang akhirnya meninggal di tengah jalan; dan karena ia lebih dekat ke kampung taubat, maka diampuni dosa-dosanya. Di hadits lain, Sahabat Abu Musa al-Asy‘ari ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,


إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَـبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِئُ النَّهَارِ وَيَـبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِئُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْـلُعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan rahmat-Nya pada waktu malam supaya bertaubat orang yang telah melanggar janji pada siang hari; juga mengulurkan tangan kemurahan-Nya pada waktu siang, supaya bertaubat orang yang berdosa pada waktu malam. Keadaan itu tetap terus hingga matahari terbit dari barat.” (HR Muslim)


Sahabat Anas bin Malik ra. mengatakan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda,


التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ، وَإِذَا أَحَبَّ اللهُ عَبْدًا لمَ ْيَضُرُّهُ ذَنْبٌ

“Seorang yang taubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa, dan jika Allah mencintai seorang hamba, pasti dosa tidak akan membahayakannya.” (HR Ibnu Majah)


Keutamaan taubat lainnya yaitu dicintai Allah dan dimudahkan rejeki oleh-Nya. Allah berfirman:


إِنَّ اللهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّابِيْنَ وَيحُِبُّ ٱلْمُتَطَـهِّرِيْنَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS al-Baqarah [2]: 222)

Dan (dia berkata), “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hûd [11]: 52)


Dalam atsar (perkataan Sahabat Nabi) disebutkan, “Bertemanlah dengan orang-orang yang suka bertaubat, karena mereka mempunyai hati paling halus.”


Janganlah kita salah persepsi bahwa taubat itu mudah dilakukan. Taubat membutuhkan kemauan keras dan perjuangan. Istiqamah adalah hal yang harus dilakukan. Amatlah beda antara dibicarakan dan dilakukan. Seorang Kyai pernah mengutarakan dalam bahasa Jawa, “Agama iki dirasani thok, tapi gak tau dirasakno (Agama ini kok hanya dibicarakan, tapi tidak dilaksanakan).”


Menuju Allah bukanlah perjalanan yang mudah dan mulus, banyak halangan dan rintangan. Orang boleh berjalan cepat, lambat atau merangkak, tetapi rintangan menuju Allah tetap ada. Rintangan besar dalam perjalanan menuju Allah adalah hawa nafsu. Bobot rintangan itu pun tidak sama antara seseorang dengan lainnya, bergantung manusia yang menjalankan. Berat-ringannya tergantung kemampuan seseorang mengendalikan hawa nafsunya. Abu Sulaiman ad-Darani mengisahkan,


“Saya berkali-kali datang ke majelis Qashi, seorang ulama. Pada kali pertama, nasihat-nasihatnya membekas di hati saya. Namun, ketika saya beranjak pulang, tidak satu pun nasihatnya yang masih membekas.


Esoknya saya datang lagi dan mendengarkan ceramahnya. Saya cukup terpengaruh dengan wejangannya hingga sampai bertahan di tengah perjalanan pulang. Setelah itu hilang.


Pada kali yang ketiga, fatwanya sangat berpengaruh dan mampu menawan hati saya hingga saya sampai di rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung menghancurkan alat-alat yang menyebabkan penyimpangan-penyimpangan perilaku, kemudian saya bersiteguh menetapi jalan lurus.


Kisah ini akhirnya saya utarakan pada Yahya bin Muadz, dan olehnya dikatakan, ‘Seekor burung kecil telah menangkap segerombolan burung karaki (bangau).’ Maksudnya, burung kecil adalah Qashi, sedangkan burung karaki adalah Abu Sulaiman ad-Darani.”


Janganlah pula kita mempermainkan taubat, istilahnya “taubat sambal”, setelah taubat kembali lagi melakukan perbuatan-perbuatan nista dengan sengaja. Rasulullah bersabda:


إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبـًا نَكَـتَتْ فىِ قَلْبِهِ نُكْـتَةً سَوْدَاءَ، فَإِذَا تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صَقُلَ قَلْـبُهُ، وَإِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْـبَهُ، فَذٰلِكَ الرَّانُ الَّذِيْ ذَكَرَهُ عَزَّ وَجَلَّ: كَلاَّ بَلْ سكتةرَانَ عَلىٰ قُلُوْبِهِمْ مَّاكَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Jika seorang mukmin melakukan dosa, berarti ia telah memberi setitik noda hitam pada hatinya. Jika ia bertaubat, tidak meneruskan dan memohon ampunan, maka hatinya kembali berkilau. Akan tetapi, jika ia berulang-ulang melakukan hal itu, maka akan bertambah pula noda hitam yang menutupi hatinya, dan itulah “ar-Rân”, sebagaimana yang telah difirmankan-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS al-Muthaffifiîn [83]: 14) (HR Abu Daud, Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad)


Demi terhapusnya dosa-dosa, marilah kita bersama-sama bermunajat kepada Allah dengan membaca sayyidul istighfâr (istighfar paling utama):


اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَإِلـٰهَ إِلاَّأَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَـبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَاسْـتَطَعْتُ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَاصَنَعْتُ أَبـُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَىَّ وَأَ بُوْءُ ِبذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Ya Allah, Engkau adalah Tuhan hamba, tiada Tuhan selain Engkau, Engkau menciptakan hamba, dan hamba adalah hamba-Mu. Hamba berpegang teguh dengan perjanjian-Mu dan janji-Mu sekuat kemampuan hamba. Hamba berlindung kepada-Mu dari keburukan yang hamba lakukan. Hamba mengakui curahan nikmat-Mu kepada hamba, hamba mengakui pula dosa-dosa hamba. Ampunilah hamba, sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, amin.

Daftar Pustaka:

  • Abul Qasim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi an-Naisaburi, asy-Syaikh, “Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf (Ar-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi at-Tashawwuf)”, Pustaka Amani, Cetakan I : September 1998/Jumadil Ula 1419
  • Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits
  • M. Quraish Shihab, Dr, “‘Menyingkap’ Tabir Ilahi – Al-Asmâ’ al-Husnâ dalam Perspektif Al-Qur’an”, Penerbit Lentera Hati, Cetakan VIII : Jumadil Awal 1427 H/September 2006
  • Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan IV : November 2006

Tulisan lanjutan dari : Apakah Kita Termasuk Orang Yang Harus Bertaubat? (3 of 4)


#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

0 comments:

Post a Comment