Mencari Data di Blog Ini :

Friday, January 13, 2012

Renungan Awal Tahun (2 of 2)

Dunia maya berkembang pesat
Tua-muda memanfaatkannya
Jangan biarkan waktu melesat
Tanpa diisi hal-hal berguna

Perlu kita renungkan juga bahwa pergantian tahun juga pertanda bertambahnya usia kita. Akankah pertambahan usia kita tak diiringi peningkatan ketaatan kepada Allah?

Di kitab “Al-Hikam” terdapat nasihat yang begitu dalam dari Syaikh Ibnu Athaillah as-Sakandary.


اَلْخُذْلاَنُ كُلُّ الْخُذْلاَنِ أَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَاغِلِ ثُمَّ لاَتَتَوَجَّهُ إِلَيْهِ وَتَقِلُّ عَوَائِقُكَ ثُمَّ لاَتَرْحَلُ إِلَيْهِ



Kekecewaan dari semua kekecewaan adalah ketika engkau mempunyai kesempatan tapi engkau tidak menghadap Allah. Ketika engkau ada halangan, engkau juga tidak menghadap Allah.

Petuah bijak Syaikh Ibnu Athaillah ini mengingatkan agar waktu lapang atau sempit kita pergunakan secara cerdik untuk menghadap Allah, memohon hidayah, inayah dan ampunan-Nya.

اِنْفِرُوْا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوْا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS at-Taubah [9]: 41)
Yang menjadi kewajiban kita adalah kita harus menghadapi segala rintangan dan menyelesaikannya, lalu menghadap Allah SWT dengan melakukan berbagai macam ibadah demi mendekatkan diri kepada-Nya. Telah dinasihatkan oleh banyak ulama:

سِيْرُوْا إِلىَ اللهِ عَرْجًا وَمَكاَسِيْرًا وَلاَتَنْظِرُوْا الصِّحَّةَ فَإِنَّ انْتِظَارَ الصِّحَّةِ بِطَالَةٌ

Berjalanlah (menghadap) menuju Allah dengan segera di waktu luang dan merangkak secara perlahan di waktu sibuk sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jangan menunggu waktu sehat dan waktu luang, karena menunggu waktu sehat adalah kesalahan besar.

Perjalanan panjang telah kita tempuh di alam dunia ini. Banyak yang kita alami dalam masalah duniawi, namun pengalaman hidup baru berarti bagi kehidupan dunia dan akhirat jika dipersembahkan untuk Allah dan rasul-Nya, serta untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin.

Terkadang kita tidak mempergunakan kesempatan, atau kesempatan yang ada disia-siakan sehingga hilang begitu saja. Kita lalai dengan alasan kesibukan duniawi atau biar lebih keren dengan argumentasi kesibukan perjuangan. Alasan-alasan ini sebenarnya tak perlu dikemukakan, karena Allah Maha Tahu tentang kemalasan dan keengganan diri kita. Allah lebih tahu bahwa kita lebih mementingkan diri sendiri serta hawa nafsu kita, daripada ingin mendapat ridha Allah dengan pertemuan dengan Allah dalam bentuk ibadah.

Jika kita mengaku sebagai hamba Allah, maka kita seharusnya benar-benar tunduk dan patuh kepada-Nya dalam segala hal. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang dianugerahkan Allah untuk datang kepada-Nya dalam waktu-waktu yang ditentukan (shalat fardhu) atau melaksanakan ibadah-ibadah sunnah setiap saat.

Pertambahan usia bila tak dibarengi baiknya ibadah juga bukan hal yang baik. Orang baik itu bila panjang usia dan bagus amal ibadahnya.


أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ. قِيلَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ


Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, mana di antara manusia yang termasuk baik?” Rasulullah saw menjawab, “Orang yang panjang usianya dan bagus amalnya.” Ditanyakan lagi, “Lalu, mana di antara manusia yang termasuk orang tidak baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang panjang usianya dan jelek amalnya.” (HR Baihaqi)

Tentang usia yang bermanfaat, Syaikh Ibnu Athaillah as-Sakandary menasihati kita:


رُبَّ عُمْرٍ ِاتَّسَعَتْ آمَادُهُ وَقَلَّتْ أَمْدَادُهُ وَرُبَّ عُمْرٍ قَلِيْلَةٍ آمَادُهُ كَثِيْرَةٍ أَمْدَادُهُ


Terkadang usia itu panjang masanya tetapi sedikit manfaatnya (naiknya keimanan dan tambah kuatnya keyakinan). Terkadang usia itu pendek masanya tetapi lebih banyak manfaatnya.
Ada pepatah berbunyi, “Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasai.”

Apabila kita panjang usia, seharusnya kita telah banyak mengalami susah/senangnya kehidupan serta pahit/manisnya perjalanan. Semua perjalanan kita baru berarti bila usia yang kita jalani memberi manfaat.

Usia itu sebenarnya bukan karena panjang atau pendek, tetapi karena manfaat dan mudharatnya. Betapa banyak orang yang dikaruniai panjang usia tapi malah mengumbar hawa nafsu dan syahwat. Namun, tak sedikit pula orang yang usianya kurang panjang tapi mendapat manfaat yang banyak, sebagaimana umur orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah. Syaikh Ibnu Athaillah menegaskan:


مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِيْ عُمْرِهِ أَدْرَكَ فِيْ يَسِيْرٍ مِنَ الزَّمَنِ مِنْ مِنَنِ اللهِ تَعَالَى مَالاَ يَدْخُلُ تَحْتَ دَوَائِرِ الْعِبَارَةِ وَلاَتَلْحَقُهُ اْلإِشَارَةُ


Siapa diberkati usianya, dalam masa singkat dari usia itu ia akan mencapai karunia Allah yang tidak dapat dihitung dengan kata-kata dan tak dapat dikejar dengan isyarat.
Yang dicari oleh seorang muslim shaleh adalah usia barakah. Yang dimaksud adalah usia yang selalu membawa dan mengajak kepada kemanfaatan dunia dan akhirat. Usia yang barakah ini selalu diberi kesempatan oleh Allah menjalankan kebaikan. Waktu yang ada tak akan tersia-sia dalam hidup.

Jangan sampai waktu yang kita dapat ibarat air disiramkan ke atas pasir panas. Airnya menguap, pasirnya tidak basah. Usia hilang begitu saja dilalui, tapi mengecewakan kita di hari Kiamat nanti.

Contoh lain yang termasuk usia barakah adalah mendapat karunia Allah berupa Lailatul Qadar. Di waktu yang singkat ini ternyata terdapat karunia yang melebihi seribu bulan. Semoga Allah memberikan usia yang penuh barakah kepada kita semua, amin.


Daftar Pustaka

  • Ahmad Daerobiy, “Terjemah Al-Hikam Ibnu ‘Atho dan Penjelasan Abdullah Asy-Syarqowiy”, Darul Ulum Press, Cetakan I: Mei 2009

  • Djamal’uddin Ahmad Al Buny, “Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam (karya Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah)”, Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan ketiga : 2000

  • Muhammad bin Ibrahim Ibnu ‘Abbad, asy-Syaikh, “Syarah al-Hikam”

  • Musa Turoichan Al-Qudsy, “Shufi dan Waliyullah (Terjemah Syarah Al-Hikam)”, Ampel Mulia Surabaya, Cetakan Pertama : 1425 H/Agustus 2005


Tulisan ini lanjutan dari : Renungan Awal Tahun (1 of 2)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...#

3 comments:

  1. Islam, Dien yang haq yang mampu memecahkan problem-problem manusia. Dengan menerapkan sistem Islam yang kekal dan mabda’ (ideologi) Islam yang adil, maka kita pasti akan meraih kemuliaan. Tetapi apabila hal tersebut kita lalaikan dan telantarkan, maka kita tertimpa kehinaan dan akan dihina.

    ReplyDelete
  2. Hambatan terbesar untuk melakukan itu semua memang diri Kita Sendiri,, yaaa hmm,,

    ReplyDelete