Mencari Data di Blog Ini :

Friday, February 24, 2012

Provokasi dan Emosi (2 of 3)

a. Agar Tidak Mudah Terprovokasi

Tidak mudah terprovokasi, tidak gampang naik darah, menjadi bijak dan sifat-sifat baik lannya bukanlah sulap. Semua itu membutuhkan latihan (riyâdhah). Bagaimana metode agar tak mudah diprovokasi?
  • Senantiasa memohon kepada Dzat Yang Membolak-balikkan hati (Muqallibal Qulûb) agar menjadikan jiwa kita tenang (nafsu al-muthma’innah).
  • Bersahabat, berkumpul atau bergaul dengan orang-orang yang lebih arif dan sabar.
Beberapa kali terjadi kasus seorang anak yang di rumah terlihat baik, alim dan tidak suka bertengkar, ternyata di luar ikut-ikutan baku hantam.
Tak ada yang akan mengelak bahwa lingkungan ikut mempengaruhi tabiat dan perbuatan.
Tak ada yang akan mendebat bahwa pertemanan sedikit/banyak menyumbangkan kebiasaan.
Tak ada yang akan menolak bahwa pergaulan membawa dampak pada kepribadian.
Tak ada yang akan membantah bahwa sifat baik/jelek akan menular. Lebih cepat menular bila yang memiliki suatu sifat lebih banyak jumlahnya. 
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang mengikuti agama kawannya. Karena itu, lihatlah olehmu siapakah yang menjadi kawannya. (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
  • Mengisi jiwa dengan aktif mengaji serta mendengar nasihat bijak dari siapa pun asal tidak bertentangan dengan syariat.
Di kitab Ta‘lîm al-Muta‘allim” terdapat sebuah nasihat:
أَفْضَلُ الْعِلْمِ عِلْمُ الْحَالِ * وَأَفْضَلُ الْفِعْلِ حِفْظُ الْحَالِ
Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengatur sikap perilaku
Dan perbuatan yang paling utama adalah menjaga sikap perilaku
Sekian banyak motivator dan inspirator di negeri ini. Semua mengajarkan dan menganjurkan kebaikan. Selama nasihat-nasihat yang disampaikan tidak bertentangan dengan syariat, maka hikmah harus diambil dari mana pun asalnya.
Saat wawancara di sebuah televisi swasta acara “Just Alvin—Episode The Motivators’” hari Minggu, 25 September 2011, Gede Prama—seorang motivator—menjelaskan bahwa yang dia sampaikan adalah kebaikan universal. Itu mengapa dia kerap diundang oleh berbagai kalangan dari perusahaan, golongan dan agama apa pun.
Nah, jika nasihat dari siapa pun dianjurkan untuk ditaati, apalagi nasihat dari ulama. Saat ini kita sangat dimudahkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi.
Berbeda dengan ulama-ulama zaman dulu yang harus berjalan kaki sekian kilo meter untuk mengaji, sekarang justru para ulama yang mendatangi kita, via televisi, radio, CD/VCD, jejaring sosial, blog dan berbagai ragam cara lainnya.
Bila memang demikian banyak pilihan mengaji, masa kita masih malas mendengarkan nasihat ulama?
  • Berkata “Tidak!” bila ada ajakan tidak baik.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran/permusuhan (QS al-Mâidah [5]: 2)
Seorang Motivator, Mario Teguh, menasihatkan, “Kata ‘Tidak’ adalah sebuah keindahan yang sederhana. Sebuah hidup bisa diubah dengan cepat, kuat dan langsung berdampak hanya dengan menjadikan diri ini tegas mengatakan ‘Tidak’ kepada hal-hal yang tidak berguna, yang memboroskan waktu dan yang tidak meninggikan orang lain.
Semua orang yang telah menerima kebaikan sebagai jalan hidup sangat mengerti bahwa mengatakan ‘Ya’ adalah bagian termudah dari sebuah keimanan, tetapi mengatakan ‘Tidak’ kepada yang menjadikan kita orang tidak baik adalah warna peperangan sepanjang hidup.”
  • Bila menerima informasi, harus dicerna dulu. Berita belum tentu sama dengan fakta. Oleh karena itu, cek dan ricek harus dilakukan agar terhindar dari kecerobohan menerima dan mengolah informasi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS al-Hujurât [49]: 6)
Walau semua teori telah dipahami agar tak mudah terprovokasi, namun karena sifat teori membutuhkan latihan agar benar-benar terpatri dalam jiwa, maka bisa saja suatu saat kita agak terpengaruh atas provokasi yang menimpa kita.
Bila hal ini terjadi, maka prinsip pertama adalah jika sampai marah harus dilakukan tanpa ada orang sehingga tidak melukai orang lain. Misal kita masuk ke rumah/kamar.
Agar intensitas kemarahan cepat menurun, kita ambil air wudhu dengan tenang lalu shalat dua rakaat, bisa shalat muthlaq, shalat hajat, atau shalat apa pun yang memang pada saat itu dimungkinkan.
إِذَا غَضَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ بِالْمَاءِ فَإِنَّمَا الْغَضَبُ مِنَ النَّارِ
Apabila salah satu dari kalian dalam keadaan marah maka berwudhulah, sesungguhnya marah itu berasal dari api. (HR Abu Daud)
Setelah kemarahan mereda, kita pikirkan/olah lagi informasi yang diterima. Sebaiknya minta nasihat juga kepada orang yang telah dikenal sebagai penyabar dan bijak.
Di buku “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fî Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin” Syaikh Sa‘id Hawwa menjelaskan bahwa kemarahan yang zhalim termasuk penyakit hati kesembilan.
Apabila sifat marah (yang batil) sudah menjadi tabiat kita, akan lebih banyak timbul kehancuran daripada kemakmuran. Oleh karena itu harus ada usaha keras untuk menghadapi sifat ini demi tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, karena kita bisa masuk neraka karena sifat marah. Bukan hanya itu, hal ini juga menghancurkan kehidupan kita.
Suri teladan terbaik dalam masalah marah dan pemaaf adalah Rasulullah saw. Beliau tidak pernah marah untuk diri beliau sendiri, walaupun ada orang yang menyakiti, beliau tetap bersikap lemah lembut.
Rasulullah saw. marah hanya ketika melihat umat beliau melanggar larangan-larangan Allah. Selain itu, beliau tidak pernah marah. Marah seperti inilah yang diperintah Allah kepada manusia dalam mencegah kemungkaran.
Berikut ini intisari perkataan Imam Ghazali mengenai marah. Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah ra.:
 أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
Sesungguhnya seseorang berkata kepada Nabi saw., “Berilah saya nasihat.” Rasululla saw. menjawab, “Jangan marah.” Lalu orang itu mengulang lagi perkataannya, dan beliau saw. menjawab, “Jangan marah.” (HR Bukhari)
Hasan al-Bashri menasihatkan, “Wahai anak keturunan Adam, setiap kamu marah dan tidak terkendali, takutlah apabila dirimu yang tidak terkendali terperosok ke neraka.”
Salah satu orang Anshar berkata, “Puncak kebodohan adalah kekejaman, dan pemimpinnya adalah kemarahan.”
Seorang ulama memberi petuah bijak, “Jauhilah kemarahan karena kemarahan itu akan menjadikanmu merasa terhina untuk minta maaf (gengsi meminta maaf).”
Ulama lain menuturkan, “Hati-hatilah dengan kemarahan. Sesungguhnya ia akan merusak keimanan seperti pohon yang buahnya pahit merusak manisnya madu.”
Seorang ayah menasihati anaknya, “Wahai anakku, akal tidak dapat berpikir jernih ketika marah, sebagaimana ular tidak dapat merayap di atas tungkupanas. Orang yang paling sedikit marah adalah orang yang paling cerdas.”
Urwah bin Muhammad ra. dinasihati ayahnya, “Apabila kamu marah, maka lihatlah ke langit dan ke bumi, muliakanlah Tuhanmu.”

Daftar Pustaka

Achmad Faisol, “Muhâsabah (Introspeksi Diri)Apakah Implementasi Keberagamaan (Islam) Kita Ada yang Kurang?!”, Ebook, April 2011/ Jumadal Ula 1432 H
Az-Zarnuji, asy-Syaikh, Ta‘lîm al-Muta‘allim”
Mario Teguh, “One Million 2nd Chances [Personal Excellence Series]”, Penerbit Progressio, November 2006
Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fî Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan IV : November 2006

Software:
Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits

Tulisan ini lanjutan dari : Provokasi dan Emosi (1 of 3)
Tulisan ini berlanjut ke : Provokasi dan Emosi (3 of 3)

#Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...# 

0 comments:

Post a Comment